BICARA sampah plastik, bicara juga barang konsumsi masyarakat kita sehari-hari. Mulai dari kantong hingga kemasan dan alat makan, semuanya berbahan plastik.
Satu sisi plastik menjadi pilihan utama karena harganya murah, namun kita butuh waktu ratusan tahun agar sampah plastik terurai sempurna di alam.
Menurut literatur, kantong plastik baru bisa terurai sekitar 10-500 tahun, sedotan plastik bisa terurai sekitar 20 tahun, gelas plastik terurai sekitar 50 tahun, kemasan sachet plastik membutuhkan 50 tahun – 80 tahun, dan botol plastik terurai sekitar 450 tahun, sedangkan styrofoam tidak bisa terurai oleh lingkungan.
Baca juga: Hari Bebas Kantong Plastik Internasional: Tantangan Menuju Indonesia Bebas Sampah Plastik
Mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari tidaklah semudah membalikkan telapak tangan yang mampu diatasi dengan kebijakan semata. Edukasi yang konsisten jadi kunci utama agar masyarakat kita dapat mengurangi penggunaan plastik dalam kesehariannya.
Demikian disampaikan Chief Communication Officer Plastavfall, Nabila Salma, 26, saat dihubungi Sokoguru, pada Rabu, (7/3).
Salma yang diwawancarai dalam rangka peringatan Hari Tanpa Plastik Sedunia itu mengaku melakukan langkah nyata gerakan pengelolaan sampah dari akar di Kota Bandung, yakni Plastavfall.
Baca juga: KKP: Penting Edukasi Siswa SD tentang Kelola Sampah dan Daur Ulang Plastik
Ia memimpin sebuah perusahaan yang bergerak dalam sociopreneur dan terus menerus mengedukasi masyarakat mulai dari 2016.
Beroperasi di sebuah rumah sederhana di Desa Cipanjalu, Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Plastavfall yang dimotori oleh 12 anak muda itu membuahkan dampak positif bagi masyarakat sekitar.
“Plastavfall alhamdulilahnya didirikan oleh orang yang memang peduli dengan lingkungan, Reza Tarik dan Bea Bethari. Bahkan, meskipun karyawan di sini memiliki latar belakang berbeda-beda, kepedulian yang sama terhadap masalah sampah membuat kami terus berupaya mengedukasi publik mengenai masalah sampah,” ujar Nabila.
Di Cipanjalu, lanjutnya, mulai dari anak kecil hingga ibu-ibu rumah tangga guyub memilah sampah semenjak kehadiran Plastavfall di lingkungan mereka.
Ganjarannya pun membuat mereka terpikat, selain anak-anak mereka diberi ruang bermain sambil belajar yang mengasyikan, ibu-ibu rumah tangga itu pun tak kalah antusias. Sebabnya, sampah-sampah itu bisa terkonversi menjadi barang bermanfaat.
Aksi nyata penuh prestasi
Keberhasilan itu tak dapat dibeli berapa pun harganya, tetapi hanya bisa diperoleh lewat aksi nyata. Begitulah perjalanan Plastavfall sebagai sosiopreneur terus berkembang.
Nabila menelurkan beragam inovasi program setiap kali muncul permasalahan di masyarakat. Ini adalah contoh nyata bagaimana kepedulian menjadi gerakan yang menginspirasi banyak orang.
Pertama kali didirikan, lanjutnya, Plastavfall tidak langsung terjun dengan berbagai program edukasi yang berdampak. Perjalanan inspiratif diawali lewat bisnis pencacahan sampah plastik.
“Pada 2018 kami mendirikan bank sampah. Awalnya, orang-orang harus datang ke sini untuk menyerahkan sampah mereka. Namun, pada 2020 kami memutuskan untuk lebih proaktif dengan menjemput sampah langsung dari klien," imbuh lulusan Teknologi Lingkungan Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung ini lagi.
Lima program
Moda ekonomi Plastavfall dijalankan melalui lima program, Pertama, Waste Management di mana mereka mengelola sampah mulai dari rumah tangga hingga perusahaan untuk kemudian dipilah dan dimanfaatkan.
Kedua, Collecting Waste, yaitu program di mana aktivitas plastavfall menjemput sampah door to door menjadi tabungan mereka yang bisa dikonversikan dengan barang maupun uang.
Kemudian ketiga, dan keempat, program edukas Edu with Plastavfall dan Edu Treat yang menyasar anak-anak hingga orang dewasa. Di mana ada masalah sampah, Plastavfall datang dengan sekoper solusi.
Dan kelima, yang tak kalah unik, Plastavfall pun memperkenalkan kepada para clientnya program Waste to Table. Dalam program ini, Plastavfall memberi pengalaman pada kliennya bahwa sampah organik yang mereka setorkan akan kembali ke atas meja makan dalam bentuk sayuran organik segar.
Sampah organik yang dikumpulkan diolah menjadi kompos kemudian dimanfaatkan untuk pemupukan lahan tani yang mereka miliki di kawasan kantornya.
Program-program itu telah berhasil mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir, sesuai dengan visi besarnya untuk mengurangi sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir.
Edukasi dan Kolaborasi: Kunci Sukses
Edukasi adalah bagian penting dari misi Plastavfall. Program Edu with Plastavall mengajarkan dasar-dasar pengelolaan sampah kepada masyarakat, mulai dari anak-anak hingga perusahaan besar.
Mereka bahkan memiliki pasar barter tahunan di mana masyarakat dapat menukarkan sampah terpilah dengan barang-barang donasi seperti pakaian, buku anak, dan peralatan masak. Pasar barter itu telah menjadi acara yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat sekitar.
"Kami rutin mengadakan pasar barter setiap akhir tahun. Ini adalah hasil kolaborasi dengan komunitas lain seperti Toko Nol Sampah dan Nitipasala. Bermula dari limbah fesyen yang melimpah meski masih layak digunakan, kami akhirnya membuka ruang donasi daripada mereka membuangnya. Masyarakat yang membawa sampah terpilah akan mendapatkan koin yang bisa digunakan untuk membeli barang-barang donasi," jelas Nabila.
Tantangan dan Kebijakan
"Regulasi pemerintah yang menghentikan penggunaan kantong kresek harus dibarengi dengan edukasi memadai. Orang-orang perlu diajari untuk membawa kantong sendiri dari rumah dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai," kata Nabila.
Pemerintah juga telah menerapkan kebijakan terkait pengurangan sampah plastik, salah satunya dengan menerapkan pajak sampah plastik dan pengurangan penggunaan kantong plastik.
Namun, kebijakan ini menghadirkan tantangan tersendiri. Salah satu alternatif yang muncul adalah mengganti kantong plastik dengan tas spunbond.
Berdasarkan riset Plastavfall, ternyata tas spunbond hanya efektif hingga 40 kali pemakaian dan tidak ramah lingkungan. "Kami harus terus mengedukasi masyarakat agar mereka lebih sadar dan tidak permisif terhadap penggunaan plastik. Jangan sampai regulasi yang ada justru menggantikan satu masalah dengan masalah baru," tambah Nabila.
Dalam rangka memperingati Hari Bebas Kantong Plastik Internasional yang jatuh setiap 3 Juli, Plastavfall berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas mereka dalam mengelola dan mengolah sampah. Mereka berharap bisa memberikan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang lebih besar kepada masyarakat sekitar.
"Tujuan utama kami adalah mengurangi jumlah sampah terutama plastik dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik," tegasnya.
Dengan semangat yang tak pernah padam, Plastavfall terus bergerak maju. Dari sebuah usaha kecil di Cilengkrang, mereka telah menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk peduli dan bertindak nyata dalam menjaga lingkungan. Plastavfall adalah bukti bahwa dengan kerja keras dan kolaborasi, kita bisa mengubah sampah menjadi berkah. (Fajar Ramadan/SG-1)